Mudik Lebaran
1 Syawal 1428 H
Akhirnya... ngeblog lagi. Selama bulan Ramadhan ini kegiatan blogging mendadak terhenti, meski sebenernya gak ada maksud untuk itu, tapi entah mengapa nulis jadi kaku, ide jadi buntu, imajinasi jadi gak mutu, dan ... ga tau.
Karena kantor mulai meliburkan karyawannya tanggal 12 Oktober, ya tanggal itu pula aku baru bisa mudik. Meski sebagian besar warga kota Malang merayakan Idul Fitri tanggal 12, tidak begitu merisaukan bagiku, yang harus mendengar gema takbir di tanah rantau.
Yang merisaukanku justru orang yang kuatir adanya perpecahan dalam umat muslim karena perbedaan, tapi justru membesar-besarkan kekuatirannya itu, yang mana malah beresiko menimbulkan apa yang dikuatirkannya. Ruwet deh. Beda ya beda, no offense dong. Sudah sering terjadi di Indonesia, ummatnya rukun tapi justru pemimpinnya yang ruwet, yang lalu ummatnya jadi ikut 'perang' juga.
Yang nyeleneh, banyak kalangan yang sebenernya mantep lebaran tanggal 13, tapi punya keyakinan bahwa kalau sudah mendengar takbir maka tidak boleh puasa. Jadi mereka lebaran tanggal 13 tapi tanggal 12 sudah tidak berpuasa. Aneh dong.
Dalam hadits disebutkan, kalau di tanggal 29 belum melihat hilal, puasanya digenapkan 30 hari. Jadi kalo yakin lebaran tanggal 13, tanggal 12 harusnya tetep puasa. Terserah bagi yang meyakini puasa 29 hari itu bertakbir atau tidak, gak ngaruh harusnya. (confirmed by Side-A)
Yang lebih ngawur, dia yakin puasa itu 30 hari, tapi karena 29 sudah ada yang lebaran, dia memilih tidak berpuasa ke-30, dan berniat menggantinya di kemudian hari. Ini kan aneh, menjalankan keyakinan orang lain terhadap keyakinan sendiri.
Ah, cukup deh mbahas perbedaan :)
Tanggal 12 Oktober itu aku berniat mudik ke Kendari, yang entah sudah berapa tahun aku gak pulang kesana. Seingatku sejak bikin SIM B1 di tahun 1999, sudah gak pernah kesana lagi. Tapi kayaknya pernah sih beberapa kali setelahnya. *pikun, ga ada dokumentasi pula*
Akhirnya... ngeblog lagi. Selama bulan Ramadhan ini kegiatan blogging mendadak terhenti, meski sebenernya gak ada maksud untuk itu, tapi entah mengapa nulis jadi kaku, ide jadi buntu, imajinasi jadi gak mutu, dan ... ga tau.
Karena kantor mulai meliburkan karyawannya tanggal 12 Oktober, ya tanggal itu pula aku baru bisa mudik. Meski sebagian besar warga kota Malang merayakan Idul Fitri tanggal 12, tidak begitu merisaukan bagiku, yang harus mendengar gema takbir di tanah rantau.
Yang merisaukanku justru orang yang kuatir adanya perpecahan dalam umat muslim karena perbedaan, tapi justru membesar-besarkan kekuatirannya itu, yang mana malah beresiko menimbulkan apa yang dikuatirkannya. Ruwet deh. Beda ya beda, no offense dong. Sudah sering terjadi di Indonesia, ummatnya rukun tapi justru pemimpinnya yang ruwet, yang lalu ummatnya jadi ikut 'perang' juga.
Yang nyeleneh, banyak kalangan yang sebenernya mantep lebaran tanggal 13, tapi punya keyakinan bahwa kalau sudah mendengar takbir maka tidak boleh puasa. Jadi mereka lebaran tanggal 13 tapi tanggal 12 sudah tidak berpuasa. Aneh dong.
Dalam hadits disebutkan, kalau di tanggal 29 belum melihat hilal, puasanya digenapkan 30 hari. Jadi kalo yakin lebaran tanggal 13, tanggal 12 harusnya tetep puasa. Terserah bagi yang meyakini puasa 29 hari itu bertakbir atau tidak, gak ngaruh harusnya. (confirmed by Side-A)
Yang lebih ngawur, dia yakin puasa itu 30 hari, tapi karena 29 sudah ada yang lebaran, dia memilih tidak berpuasa ke-30, dan berniat menggantinya di kemudian hari. Ini kan aneh, menjalankan keyakinan orang lain terhadap keyakinan sendiri.
Ah, cukup deh mbahas perbedaan :)
Tanggal 12 Oktober itu aku berniat mudik ke Kendari, yang entah sudah berapa tahun aku gak pulang kesana. Seingatku sejak bikin SIM B1 di tahun 1999, sudah gak pernah kesana lagi. Tapi kayaknya pernah sih beberapa kali setelahnya. *pikun, ga ada dokumentasi pula*
Hari itu dini hari, setelah berjuang melawan kantuk untuk masak mie rebus + 2 telor buat makan sahur, tapi ndilalah, baru saja makan beberapa sendok mie, travel jemputan sudah datang. Doh. Rejeki makan mie tidak bisa dipaksakan, bertentangan dengan rejeki sopir travelnya.
Meski sudah mengorbankan mie rebusku, tidak begitu dengan penumpang yang lain. 5 penumpang termasuk aku sudah berusaha semudah mungkin untuk dijemput, kecuali 1 penumpang terakhir, yang rumahnya di daerah Teluk Etna entah nomor berapa. Sampai di rumahnya masih gelap, dan setelah lama dibangunkan lewat ketukan (yang akhirnya jadi gedoran) pagar dan ditelpon, baru dia muncul tanpa baju di depan pintu.
Dan ketika yang lain menunggu dengan tidak sabar di dalam mobil, terlihat dari luar dia dengan santainya pergi mandi, makan, nyiapin dll. Sampai salah seorang penumpang dengan tidak sabar -dan kasar- menegurnya. Byuh.
Untung masih keburu, kita sampai di bandara 30 menit sebelum batas check-in habis.
Di bandara aku sempat online sebentar, menyapa via YM para mahluk malam yang masih online di malam lebaran (bagi yang lebaran 29 hari), ternyata masih banyak juga.
Di ruang tunggu aku duduk berhadapan dengan rombongan keluarga kecil dengan 2 anaknya, yang keduanya cowok. Yang bikin gerah itu si anak kecil yang -menurutku- belum berumur 5 tahun, berkali-kali memaki bangsat kepada kakaknya, hanya karena kakaknya ngambil sejumput snack di tangan adiknya, dan kesalahan kecil lain, misalnya salah mengambilkan snack dengan warna yang diinginkan adiknya. Dan kedua orang tuanya mengabaikan makian itu, malah beberapa kali memarahi si kakak karena itu dianggap kesalahan kakaknya.
Apakah si kakaknya itu anak tiri?
atau ada something dengan adiknya?
atau makian bangsat itu tak ada artinya buat mereka?
atau aku yang belum cukup memahami dunia anak?
Tepat jam 6.20 (tumben) sesuai jadwal, pesawat Lion Air sudah siap berangkat, kita dipanggil memasuki gate 4.
Baru kali itu aku naik Boeing MD (entah seri berapa), berasa panjang sekali. Dan karena aku salah masuk lewat pintu bawah ekor, sedangkan nomor kursiku ada di urutan depan, berasa melewati lorong kereta api, panjang. Komposisi kursinya mirip bis, kiri 2 kanan 3. Yang kecil dipangku.
Transit di bandara Hasanuddin Makassar, dan (lagi-lagi tumben) cuman beberapa menit langsung berangkat lagi ke Kendari dengan pesawat yang sama. Padahal sebelum kita turun, pramugari menyiarkan bahwa kita akan ganti pesawat. Ah, pramugarinya bohong. Gimana kalo jadi istri ntar... *halah*
Sampai di bandara Wolter Monginsidi Kendari dengan jadwal yang tepat, tapi itu malah membuat kesialan bagiku, karena sopir yang seharusnya jemput aku di bandara, masih belum berangkat, dan jaraknya cukup jauh. Doh.
Seharusnya sih sampai di Makassar tadi aku telpon ke rumah dulu, mengabarkan progres perjalanan. Tapi entah karena lupa atau apa, aku gak nelpon. Resiko tanggung sendiri lah.
Akhirnya naik taksi. Namun ini juga bermasalah. Di Kendari sedang krisis BBM, suplai bahan bakar sudah habis sebelum waktunya. Dimana-mana banyak antrian mobil di SPBU. Taksi gak ada yang mau stand-by di bandara, nunggu panggilan oleh agennya di situ. Jadi deh, taksi datangnya satu-satu, diantri oleh banyak penumpang.
Dan dengan selamat sentosa aku sampai di rumah Kendari. Alhamdulillah.
Selamat Idul Fitri 1428 H. Semoga kita mendapatkan kefitrahan di pintu keluarnya Ramadhan. Aamiin.
Meski sudah mengorbankan mie rebusku, tidak begitu dengan penumpang yang lain. 5 penumpang termasuk aku sudah berusaha semudah mungkin untuk dijemput, kecuali 1 penumpang terakhir, yang rumahnya di daerah Teluk Etna entah nomor berapa. Sampai di rumahnya masih gelap, dan setelah lama dibangunkan lewat ketukan (yang akhirnya jadi gedoran) pagar dan ditelpon, baru dia muncul tanpa baju di depan pintu.
Dan ketika yang lain menunggu dengan tidak sabar di dalam mobil, terlihat dari luar dia dengan santainya pergi mandi, makan, nyiapin dll. Sampai salah seorang penumpang dengan tidak sabar -dan kasar- menegurnya. Byuh.
Untung masih keburu, kita sampai di bandara 30 menit sebelum batas check-in habis.
Di bandara aku sempat online sebentar, menyapa via YM para mahluk malam yang masih online di malam lebaran (bagi yang lebaran 29 hari), ternyata masih banyak juga.
Di ruang tunggu aku duduk berhadapan dengan rombongan keluarga kecil dengan 2 anaknya, yang keduanya cowok. Yang bikin gerah itu si anak kecil yang -menurutku- belum berumur 5 tahun, berkali-kali memaki bangsat kepada kakaknya, hanya karena kakaknya ngambil sejumput snack di tangan adiknya, dan kesalahan kecil lain, misalnya salah mengambilkan snack dengan warna yang diinginkan adiknya. Dan kedua orang tuanya mengabaikan makian itu, malah beberapa kali memarahi si kakak karena itu dianggap kesalahan kakaknya.
Apakah si kakaknya itu anak tiri?
atau ada something dengan adiknya?
atau makian bangsat itu tak ada artinya buat mereka?
atau aku yang belum cukup memahami dunia anak?
Tepat jam 6.20 (tumben) sesuai jadwal, pesawat Lion Air sudah siap berangkat, kita dipanggil memasuki gate 4.
Baru kali itu aku naik Boeing MD (entah seri berapa), berasa panjang sekali. Dan karena aku salah masuk lewat pintu bawah ekor, sedangkan nomor kursiku ada di urutan depan, berasa melewati lorong kereta api, panjang. Komposisi kursinya mirip bis, kiri 2 kanan 3. Yang kecil dipangku.
Transit di bandara Hasanuddin Makassar, dan (lagi-lagi tumben) cuman beberapa menit langsung berangkat lagi ke Kendari dengan pesawat yang sama. Padahal sebelum kita turun, pramugari menyiarkan bahwa kita akan ganti pesawat. Ah, pramugarinya bohong. Gimana kalo jadi istri ntar... *halah*
Sampai di bandara Wolter Monginsidi Kendari dengan jadwal yang tepat, tapi itu malah membuat kesialan bagiku, karena sopir yang seharusnya jemput aku di bandara, masih belum berangkat, dan jaraknya cukup jauh. Doh.
Seharusnya sih sampai di Makassar tadi aku telpon ke rumah dulu, mengabarkan progres perjalanan. Tapi entah karena lupa atau apa, aku gak nelpon. Resiko tanggung sendiri lah.
Akhirnya naik taksi. Namun ini juga bermasalah. Di Kendari sedang krisis BBM, suplai bahan bakar sudah habis sebelum waktunya. Dimana-mana banyak antrian mobil di SPBU. Taksi gak ada yang mau stand-by di bandara, nunggu panggilan oleh agennya di situ. Jadi deh, taksi datangnya satu-satu, diantri oleh banyak penumpang.
Dan dengan selamat sentosa aku sampai di rumah Kendari. Alhamdulillah.
Selamat Idul Fitri 1428 H. Semoga kita mendapatkan kefitrahan di pintu keluarnya Ramadhan. Aamiin.
Ada 3 komentar
ngisi komen dg terpaksa, scr udah 4 hari ga ada yg komen di postingan ini :d
Aryo:
Balas Komentar IniMakasih Rit.
*lempar potongan pitza ke Rita*
Sesuai judulnya, 'Mudik Lebaran', jadi yang komen berarti gak mudik, xixixixi...
MAKAN-MAKAN!!!!
*duh, salah ngereply... hayyah.. ke klik pisan*
Aryo:
Balas Komentar Iniweik
18.txt;16;16
Balas Komentar Ini