« Resolusi 2008 | Depan | Hidup di Seni, Mati di Seni »

Kebiasaan Menutup Jalan

Siang ini, saat mentari tak punya nyali menampakkan diri, dan jam di tangan yang tanpa henti meneriakkan aku bakal terlambat ngantor lagi, aku menyusuri jalanan senti demi senti.

Entah cuma di kota Malang, atau mungkin juga di kota lain, yang punya kebiasaan menutup jalan secara sepihak dengan dalih 'acara warga'
Warga memang mempunyai hak atas jalan di wilayahnya, tapi pengguna yang membayar pajak melalui STNK juga punya hak untuk melintasi jalan tersebut.

  • Saat musim nikah (setahun bisa beberapa kali), jalanan ditutup untuk acara resepsi.
  • Saat musim 17 agustusan, jalanan ditutup untuk acara lomba atau penyerahan hadiah (setahun sekali, tapi menutup banyak jalur)
  • Saat tidak musim apa-apa, jalanan ditutup untuk kegiatan yang kok ada saja.

Bagi pengguna jalan yang tempat tinggalnya berada di sudut kota seperti aku, sangat repot kalau ada penutupan jalan, karena harus jalan memutar, mencari jalur lain.

Jika musim 'acara warga' berlangsung, bukan cuma 1 jalan saja yang ditutup, tapi beberapa jalan sekaligus. Hasilnya, aku pernah hampir 1 jam berputar-putar mencari jalan pulang menuju Joyogrand, yang biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.
Permasalahan bisa lebih parah, seandainya pengguna jalan tidak tahu jalur alternatif. Semisal ke Joyogrand, paling tidak, ada 3 jalan alternatif.
  • Yang biasa dilalui orang adalah jalur utama (lewat Merjosari).
  • Jalur lainnya adalah lewat ITP (Tlogomas), namun jalannya sempit,
  • dan lewat atas, perumahan Graha Dewata, tapi terlalu jauh berputarnya, melewati kampus UMM III

Lha bagi yang tidak tahu jalur alternatif, kan repot banget jadinya. Apalagi selama ini, penutupan jalan tidak menyertakan arah alternatifnya. Pokoknya di tengah jalan ditutup dengan bangkau, kayu atau drum, serta papan dengan tulisan kapur, 'ada acara warga'.

Permasalahan lain, meskipun pengguna jalan tahu jalur alternatif, tetapi pengalihan traffic mendadak melewati jalur sempit yang jarang dilewati, mengakibatkan dampak yang mudah diduga: macet

Berikut ini gambaran kemacetan yang dapat aku tangkap tadi siang:


Berduka tidak lantas dijadikan alasan menghabiskan jalan kan? Seandainya lebih merapat, tidak akan menghabiskan separuh jalan seperti itu.
Saat pelesir di Bali, ada acara pengusungan jenazah seperti itu. Di jalan yang lebarnya relatif sama, di keramaian yang sama, tapi tidak sampai menyebabkan kemacetan. Foto:



Contoh kemacetan yang ditimbulkan di jalan sempit:


Jangankan mobil, sepeda motor saja ikut macet :(


Ada 6 komentar

nurul pada December 28, 2007 5:52 PM menulis:

satu lagi masalah yang muncul.
jadi agak lama nunggu angkot yang lewat jalur penutupan jalan ini. soalnya angkotnya jadi ikut-ikutan muter cari jalur alternatif.
ada solusi?

Aryo:
Iya, itu sering terjadi di daerah Karangbesuki, GML memutar dan terpaksa berpapasan lewat jalan 1 arah.
Solusi: warga jangan seenaknya menutup jalan, at least, diminimalkan. Gunakan gedung kelurahan atau tempat lain kek. Enaknya sendiri tapi menyusahkan ratusan orang lainnya.

Balas Komentar Ini
vnz pada December 28, 2007 6:05 PM menulis:

Foto acara ning Bali iku kok luwih Cling? kameranya beda ya?

Aryo:
Secara di Bali kan daerah wisata tingkat dunia, kameranya otomatis menyesuaikan. Demikian.

Balas Komentar Ini
ferdhie pada December 29, 2007 2:58 PM menulis:

1. acara nikah
2. kematian
3. sunatan
4. 17an
5. sholat ied
6. kampanye
7. arema menang
8. pejabat lewat
9. truk lemot
10. mikrolet arisan
11. kecelakaan di jalan
... name it

Balas Komentar Ini
anton ashardi pada December 30, 2007 6:20 PM menulis:

12. traffic light error...jadi yang nyalanya merah trus :D

Balas Komentar Ini
Andi Eko pada December 31, 2007 1:35 PM menulis:

Ha wong sudah meninggal kok ya masih meninggalkan masalah ini bagaimana ya .. Ayo donk yang masih hidup sadarlah .. jangan jadi sumber kemacetan, apalagi pas Sang MahesaJenar lewat .. hati - hati bisa dikutuk jadi cacing semuanya :)

Aryo:
Bwehehehe... emangnya Mahesa Jenar tukang sisir... eh sihir? :p

Balas Komentar Ini
sluman slumun slamet pada January 1, 2008 12:52 PM menulis:

sabar. aku sudah usul sama om peni buat mbangun Taftway. dananya dari CSR sebuah pabrik rokok. heheheheheeh

Aryo:
nah loh, mengungkit luka lama *getok lagi Slamet*

Balas Komentar Ini

Isi Komentar




  Isi Smiley


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi