Penipuan Online
Belakangan ini semakin marak korban penipuan online.
Oke, konteks kita saat ini bukan mereka yang tertipu oleh foto wajah yang dipalsu oleh kamera jahat kemudian diposting ke sosmed.
Atau status palsu yang mengaku single padahal dobel, bahkan triple, untuk menipu para jomblo galau.
Bukan juga tentang janji palsu yang selalu menipu mereka yang bekerja di PT Mencari Cinta Sejati.
Yang kita bahas ini adalah tentang penipuan (dengan) transaksi palsu. Yaitu jual-beli yang tidak seperti yang diharapkan pembelinya.
Para korban penipuan online sekarang ini tidak lagi dimonopoli ibu-ibu tua yang gagal paham. Atau orang-orang pinggiran yang mungkin masih gagap teknologi.
Tidak. Seringkali korban penipuan online justru sarjana yang hidup di kota.
Modus:
Menawarkan barang kebutuhan sekunder dengan harga jauh di bawah harga pasaran.
Setelah dibayar, barang tidak dikirim, pembelinya malah diblokir.
Sederhana. Mungkin begitu pikir Anda. Dan beranggapan mana mungkin Anda bisa tertipu dengan modus seperti itu.
Beberapa malah tega menganggap korban penipuan itu bodoh.
Jika mengadu di grup Fesbuk, bukannya dapat simpati malah dikritik oleh anggota grup lain. Kok bisa sebodoh itu kena tipu.
Nah, jangan salah, mereka yang tertipu juga awalnya berpikiran seperti itu. Ketika mereka masih sadar tentunya, memandang remeh trik penipuan itu.
Triknya adalah, Anda akan dibuat seakan-akan tidak berada pada posisi tertipu. Anda dibuat merasa aman dan merasa pegang kendali. Bukan dengan magic ataupun gendam.
Supaya nampak seakan-akan aman, beberapa trik yang sering digunakan antara lain:
1. Ada foto barangnya dengan menyertakan nama penjual atau nama tokonya. Padahal mungkin sekali itu foto ngambil dari Google.
2. Ada foto toko dengan mbak-mbak penjaganya. Kadang mbaknya berjilbab untuk memberi kesan solehah dan jauh dari unsur penipuan.
Padahal, sekali lagi, bisa jadi itu foto orang, nyomot dari sosmed atau web lain.
3. Ada testimoni pembeli yang intinya mengatakan "saya awalnya ragu, ternyata beneran dikirim barangnya".
Jika Anda meluangkan waktu (saya sering) untuk baca semua testimoni, polanya rata-rata mirip begitu.
4. Ada foto pembeli yang pegang barangnya. Biasanya terkait dengan nomor 3. Tapi bisa juga diposting terpisah untuk lebih meyakinkan. Ini juga bisa jadi foto ngambil punya orang lain.
5. Ada foto struk transfer dari pembeli. Bisa editan, bisa ngambil dari Google, atau dari penjual lain. Atau bahkan bisa jadi struk transfer dari korban-korban sebelumnya.
6. Ada foto resi pengiriman barang. Sama dengan nomor 5, kecuali bagian "dari korban sebelumnya". Karena penipu tidak akan mengirimkan barangnya. Ya kalaupun dikirim bisa besar kemungkinan isinya tidak sesuai harapan.
Dan masih ada banyak hal lain yang disajikan untuk meyakinkan calon pembelinya. Eh, calon korbannya.
Dan membuat Anda merasa aman untuk transaksi, padahal sebelumnya Anda menganggap trik penipuan itu tidak akan mempan untuk Anda.
Ketika akhirnya tertipu, yakini Anda bukan sedang kena gendam. Hanya kurang waspada saja.
Satu lagi yang membuat orang berpendidikan merasa aman (dibanding orang awam):
"Kan itu ada nomor rekeningnya, kalau sampai dia gak kirim barangnya akan aku laporkan sehingga diblokir rekeningnya dan dilacak pemiliknya"
Tidak semudah itu, Jaka.
Ketahuilah, nomor rekening yang digunakan itu sangat mungkin bukan milik penipu. Tapi milik korban lain yang dimanfaatkan oleh penipunya. Dengan cara berbeda. Ini penipuan combo.
Sehingga ketika Anda dengan gagah mendatangi kantor polisi untuk membuat laporan, kemudian mendatangi bank untuk memblokir rekening yang Anda anggap milik penipu, Anda bisa mendapatkan zonk besar.
Pemilik rekening tidak bisa banyak membantu, apalagi mengembalikan uang Anda. Karena dia juga korban. Seperti Anda.
Kami di Virtualcash.id beberapa kali menjadi korban pencatutan nomor rekening ini.
Dan pemilik rekening juga tidak dapat dituntut, karena dia tidak pernah menyuruh Anda mengirim uang ke rekening dia. Anda saja yang kepedean mengirim uang ke rekening orang yang Anda tidak ketahui siapa.
Dari pengalaman di atas, bank juga akan berhati-hati jika ada laporan untuk pemblokiran rekening. Karena ada kemungkinan yang melaporkan justru berkomplot dengan penipu untuk menjebak pemilik rekening.
Bank paling hanya berusaha menjadi mediator untuk menghubungkan korban dengan pemilik rekening. Begitu aja. Setelah itu bank melepaskan diri.
Ribet. Makanya jangan sembarangan transfer.
Pastikan validitas penjualnya, barangnya, rekeningnya, dan yang pasti transaksinya bukan tipu-tipu. Banyak caranya, misalnya dengan video call.
Pahamilah, jika Anda menjadi korban penipuan online, bukan saja Anda merugi, tapi keuntungan dari Anda akan digunakan untuk modal penipuan lagi. Sehingga memberi energi lebih bagi penipu untuk mencari korban berikutnya.
Selalu waspada. Ketika ragu, minta pertimbangan kepada orang yang Anda anggap lebih berwawasan. Lebih sadar dan waspada. Sehingga ketika akhirnya tertipu bisa saling menyalahkan. #ehh
Dan jangan ragu melibatkan Tuhan dalam setiap kegiatan. Banyak calon korban yang batal kena tipu karena faktor yang tak disangka-sangka. Bahkan ketika tinggal satu kali klik.
TL;DR