Spiritualisme di TV
Kian hari, stasiun TV banyak menayangkan acara yang bersifat agamis. Dan masih sama dengan yang pernah rame kemarin, yang menayangkan hal-hal mistis (PnP/Uji Nyali/dll), sasaran dari acara-acara ini adalah umat muslim.
Secara teori, semua acara di TV adalah untuk menaikkan rating, yang berimbas pada keuntungan dari iklan. Namun dengan muatan agamis seperti itu, tentu dampaknya tidak berhenti pada pendapatan iklan saja.
Mungkin aku gak bisa komentar banyak tentang acara TV dengan jenis ini, karena sudah lama sekali aku gak nonton TV dengan menghadap. Selama ini aku cuma melirik TV yang ada di belakangku.
Dari beberapa acara jenis ini yang aku tahu, antara lain adalah Rahasia Ilahi (IndoSIAR), Kuasa Ilahi (SCTV), Insyaf (TransTV), dan ....
Tayangan agamis ini beragam pemaketannya, dan muatannya, namun secara garis besar adalah untuk tujuan syiar, dan menarik perhatian penonton.
Tayangan ini menurutku bisa jadi pisau bermata dua, bagi masyarakat. Jika pengemasannya tidak melalui langkah yang bener-bener valid, justru malah melenceng dari tujuan semula.
Misalnya, demi membuat acara menjadi sangat menarik, pada akhirnya ditampilkan nilai mistis/keajaiban yang tidak proporsional, meski gak terkesan dibuat-buat.
Proporsional di sini, maksudnya adalah, jangan sampai umat Islam yang belum paham benar dengan dasar agama, menjadi salah pemahaman, karena terpengaruh dengan tayangan tersebut.
Contohnya, penggunaan jimat penolak syetan, wirid dan amalan-amalan kesaktian, yang perlu penjelasan lebih mendalam untuk menggunakannya, tidak cukup hanya dari tayangan itu saja.
Dari yang pernah aku tonton dari awal sampai akhir, tayangan Rahasia Ilahi menurutku menampilkan tayangan yang proporsional, dan apa adanya. Dan yang membuat aku kerasan nonton acara ini adalah efek-efek serta screen playing yang udah profesional, dan bagus banget. Ular berkepala manusia, manusia berkepala srigala, dll, yang meski masih agak kikuk, tapi lebih bagus dari efek grafik di Tuyul dan Mbak Yul.
Gitu aja, met nonton, semoga anda diberkati. Amin...
Ada 2 komentar
Kenapa makin banyak saja acara seperti itu di TV? Kenapa menumbuhkan satu kesadaran akan adanya 'Sang Hyang Tunggal' dengan hal seperti itu.
Apakah masyarakat Indonesia sudah 'kebal' dengan ceramah, dialog, talk show, sharing, yang biasa aja dan sewajarnya aja? Sehingga perlu diperlukan suatu 'strategi' dengan cara 'menakut-nakuti' seperti itu?
Sebegitu bego-nya kah masyarakat Indonesia sekarang ini?
Ataukah ini wujud dari kemoderenan masyarakat Indonesia akan teknologi visual yang lagi ngetrend, yang mempengaruhi tindakan dan perilaku kita, seolah tumbuh satu kecenderungan : 'Yo lek aku gak ndelok karo mataku dewe, aku gak bakal percoyo'.
Begitukah? Di manakah mata hati? (Udah laku terjual dengan 'harga tinggi' kali'). Mungkin orang tersebut gak pernah dengerin lagunya Aerosmith yang berjudul : BlindMan!
'BlindMan... who taught me how to see..! Yeah..'
Sudah adakah yang pernah melihat kehidupan setelah mati?
Kenapa sekarang agama dijadikan 'obyek'? Dijadikan topik utama? Dijadikan sebagai alat untuk menakut-nakuti, memukul, menghakimi, menghilangkan nyawa orang, membenarkan tindakan sekelompok orang saja aliyas satu kepentingan?
Kita mau hidup untuk agama kah? Atau agama yang harus menghidupi kita?
Yah.. Mungkin kita sekarang lagi 'ngerayu' Tuhan. Kita sekarang lagi 'negoisasi' dengan Tuhan, pitungan.
Apakah setelah berjalan lancar republik ini, udah nggak ter-'gonjang-ganjing' lagi kayak orang naik bemo, kita akan masih tetap mencarinya?
Apakah mungkin kalo BBM kembali disubsidi gede, harganya murah, harga murah, semuanya murah, semuanya mudah, semuanya.. semuanya.. luancar, kita masih setia pada-Nya? Nggak akan 'selingkuh' lagi?
Balas Komentar IniLupa, kelalen, kebablasen, adalah ciri khas manusia...
Layaknya orang naik rakit, meski air sudah mengalir lurus ke muara, rakit tetap saja oleng kiri kanan. Makanya si pengemudi mesti kayuh tongkatnya kiri dan kanan, sesekali, untuk memperingatkan si rakit, tentang jalan yang lurus.
Bahkan umat Islam sendiri, sudah punya jadwal tetap untuk saling mengingatkan, yaitu ceramah Jum'at... yang lebih dikenal sebagai Jum'atan...
Tidak harus lewat ceramah, dakwah, pengajian, seminar, sms-dakwah, arisan rt, dll, untuk mengingatkan sang manusia, tapi apapun dan di manapun.
Kebetulan salah satu media yang ada, yaitu TV, dikonsumsi banyak orang, sehingga dimanfaatkan untuk syiar.
Hm, kurang yakin sih, mana dulu, antara menampilkan syiar untuk mengejar rating, atau karena pemirsanya banyak maka dibuat syiar?
Balas Komentar Ini