BBM Naek
Hampir deh ga percaya, bensin seliter jadi 4.500 rupiah... ck ck ck...
Apapula yang menimpa negara ini...?
Tapi, sebagaimana keadaan masyarakat kita yang indon banget, maka tumpuan pertanyaan, ketidakpercayaan, kesinisian, kemarahan, semua tertuju pada satu titik: Presiden
Indon banget, ketika masalah muncul saat ini, maka yang disalahkan adalah pemerintah saat ini, tanpa mau, dan tanpa tau, kebenaran dan keharusan yang ada di baliknya.
BBM naik ga cuma pengaruh dalam negeri, tapi juga harga minyak mentah dunia yang memang lagi tinggi. Aku ga tau itung-itungan harga, tapi secara logika saja, kalo kita tidak menaikkan harga BBM, maka beban subsidi (selisih jual dan beli minyak internasional) akan berat sekali.
Sekilas hal ini dipandang sebagai langkah mudah pemerintah, untuk mencari solusi pengurangan subsidi. Kalo tentang hal ini, aku ga yakin, bahwa pemerintah telah memaksimalkan langkah lain untuk membantu beban subsidi BBM.
Dari satu sisi saja, banyaknya kasus pencurian kayu (illegal logging) telah merugikan negara triliunan rupiah (dari kuliah Pancasila). Kalo hal semacam ini bisa ditekan, bukankah dapat dialirkan menjadi bantuan subsidi?
Kemudian, hal klasik, korupsi yang berkepanjangan, seandainya semua dana yang bocor kepada para penjahat yang menjadi pejabat itu dapat dicegah, berapa banyak efisiensi dana yang dihemat, untuk kemudian disalurkan menjadi bantuan subsidi?
Bukan, bukan pertentangan tentang kenaikan BBM, tapi melihat masyarakat indon ini, kadang malu aku jadi orang sini.
Mereka yang berteriak berantas korupsi, tapi jadi koruptor saat punya kesempatan.
Mereka yang mencari tumpuan kesalahan, atas kekesalan mereka.
Mereka yang mengecam pemerintahan sekarang, padahal semua kebobrokan ini, adalah sisa dari pemerintahan dia sebelumnya. Wakeup bu.
Mereka yang menyerobot antrian di POM bensin.
Mereka yang menyerobot lampu merah.
Mereka yang menyerobot apa yang bukan haknya.
Mereka...
Lalu, bukankah aku adalah bagian dari mereka... ?