« Stereogram | Depan | Dilarang Tidak Merokok »

Selamat Jalan Guruku

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'uun"

Sabtu, 8 April 2006, sekitar sore hari tadi, telah meninggal seorang uwak (pak de), yang juga merupakan tetangga, dan guru spiritual bagiku.

Wak Jayadi, adalah sosok 'pendekar' yang membuka wawasanku mengenai ilmu kejawen, ilmu islam, pewayangan dan implementasinya dalam kehidupan. Banyak sekali wejangan yang aku dapatkan dari beliau, yang secara langsung ataupun tidak, mempengaruhi perjalanan hidupku sampai sekarang.
FYI, Kidung Purwajati pertama kali aku dapatkan dari beliau, dengan segala pengantar dan wejangannya.

Wak Jayadi meninggalkan istrinya, wak Sulasi, dengan 4 putri dan 2 putra. Beliau telah sakit sekian lama, yang menurut diagnosa dokter adalah kencing manis (Diabetes)

Apapun penyakit yang menyebabkan 'kepergiannya', namun perjalanan ini adalah garis yang memang harus terjadi. Semoga segala amal dan kebajikan beliau mampu menjadi penerang dan pelindung dalam perjalanan kehidupan berikutnya.
Semoga keluarga beliau mendapat kekuatan untuk melihat ini sebagai ujian, bukan sebagai beban.

Selamat jalan wak, rasanya kau telah menyiapkan kepergianmu ini, saat berpamitan padaku kemaren.
Akan selalu aku ingat pesanmu, untuk memegang kalimat 'ojo dumeh'...


Ada 9 komentar

rita pada April 9, 2006 10:06 AM menulis:

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'uun"

turut berduka, semoga segala Amal kebajikan dan perbuatan baik diterima disisiNya. [-O

P.S: akhire muleh neng Demak :D

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 9, 2006 5:35 PM menulis:

Makasih rit.

kita memang boleh berduka, tapi tidak boleh untuk bersedih :)

Balas Komentar Ini
vnuz pada April 9, 2006 5:51 PM menulis:

OJO DUMEH...

yang penting SUMEH.. :)

Balas Komentar Ini
isdah ahmad pada April 11, 2006 7:02 PM menulis:

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'uun". Turut berduka...

artinnya ojo dumeh itu apa? trus ketambahan vnuz, yang penting sumeh? lah apa lage itu?

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 12, 2006 12:54 AM menulis:

OJO DUMEH: jangan sok, jangan mentang-mentang.

Contoh kalimat: "dumehe numpak honda, koncone ra ditoleh"
artinya: "Mentang-mentang naik sepeda motor, temannya ndak disapa"

SUMEH: ramah dan murah senyum (bukan gila, red)

Balas Komentar Ini
rita pada April 12, 2006 1:42 PM menulis:

ya ilah, isdah wong endi sih, kok ga ngerti dumeh dan sumeh

*numpang ngritik doank :p

Balas Komentar Ini
Aryo Sanjaya pada April 12, 2006 5:00 PM menulis:

#rita: ya ilah, isdah wong endi sih, kok ga ngerti dumeh dan sumeh --- jare india, tapi ga meyakinkan. jare wong indonesia, juga meragukan :D

Balas Komentar Ini
DenBagus pada April 12, 2006 8:53 PM menulis:

Macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan budi pekerti..

'Jika bibit itu tak jatuh ke tanah dan mati, maka ia tak akan berbuah. Namun jika ia mati, ia akan berbuah banyak, dahannya akan makin kuat dan rantingnya akan semakin banyak. Sehingga burung-burung bisa hinggap padanya, dan berteduh dari terik matahari, sambil menikmati buahnya yang manis..'

Moga Tuhan mengampuni segala dosa Wak Jayadi dan memberikan tempat yang terbaik baginya di surga..

Balas Komentar Ini
agung pada April 4, 2008 9:31 PM menulis:

nasib anda sama dengan saya beliau meninggal karna sakit kanker usus diusiannya yang 50 tahun (28 nov 2007)

Aryo:
turut berduka


Balas Komentar Ini

Isi Komentar




  Isi Smiley


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi