Belajar Dari Berbagai Sumber
Sudah akrab di telinga kita quote ini: "lihatlah apa yang dinasehatkan, jangan lihat siapa yang menasehati"
Quote itu sudah menjadi konsumsi publik, serta banyak pula yang meyakini kebenarannya. Didukung berbagai macam kisah menarik, salah satunya seperti yang diceritakan di postingan Getting The Point oleh Ryo Saeba, di mana Imam Ghozali mendapat masukan yang bijak dari seorang perampok.
Kisah Imam Ghozali itu memang ngetren di kalangan pesantren, sehingga secara tidak langsung quote itu juga sudah lama aku dengar.
Meskipun sudah banyak yang meyakini kebenaran quote di atas, dan merasa sudah menerapkannya, namun terkadang masih saja terselip ketidakcocokan, dimana kita lebih melihat orangnya ketimbang nasehatnya.
Ketika orang yang memberi nasehat itu cocok dengan feeling kita, nasehatnya kita ambil. Tapi begitu ada ketidakcocokan, nasehatnya kita abaikan. Padahal muatan, ilmu dan maksud nasehat tadi masih sama.
Ketika seorang dai sedang berdakwah kita mau meresapi setiap ucapannya, tapi begitu dia berpoligami maka tidak lagi kita mau mendengar dakwahnya. Jadi selama itu kita hanya melihat orangnya, bukan nasehatnya.
Contoh lain, kita sering tanpa sengaja memakan mentah omongan orang yang kesohor, dan mengabaikan sama sekali omongan orang yang di pinggiran.
Orang akan lebih memperhatikan petuah sang seleb, ketimbang ocehan si bondet.
Ya, tentu saja, nasehat sang seleb lebih berkualitas, ada dasarnya, tahu apa yang sedang dan akan diomongkan, sedangkan ocehan si bondet cuma asal njeplak, dilandasi pengalaman yang sempit.
Jangan salahkan sang seleb kalo blognya lebih rame orang berkomentar, dibandingkan blog si bondet yang cuma dikunjungi oleh Bot Crawlernya Google.
Ya, wajar saja, sang seleb lebih terlihat dari banyak sudut, sedangkan si bondet terjepit di pojok.
Jika ditanyakan kepada tiap individu, apakah penganut ajaran "melihat yang dinasehatkan" atau "melihat siapa yang menasehati", rasanya kok banyak yang memilih ajaran yang pertama. Tapi dalam pelaksanaannya, apakah tetap seperti itu?
Memang bagi tiap individu itu, tidak ada salahnya lebih mendengarkan omongan sang seleb ketimbang si bondet. Tapi dengan menskip ocehan si bondet, berarti telah melewatkan informasi yang mungkin berharga di waktu yang tidak diketahui, dan untuk orang yang belum diketahui.
*sekedar mengingatkan diri sendiri, untuk belajar dari berbagai sumber*
Ada 7 komentar
pertamaxxxxx........crott...!!
om aku lebih cenderung mendengarkan nasehat dengan melihat siapa orang yang nasehati...
soale klo yang nasehati itu orange bener,apik,lurus .aku sudah melihat bukti dari sesuatu yang dia pegang atau percayai!
lah klo orange ae gak bener mau nasehati kadang terasa meragukan soale sendiri kurang bisa merubah diri sendiri atau mungkin krna gak percaya ma omongane dewe :D,
tapi klo inget kadang berucap lebih mudah dari pada bertindak... jadinya kudu pertimbangkan dulu dar yang di nasehatkan atau disampaikan dari orang yang kurang bener tadi!
ehh omonganku nyambung gak ma bahasan blognya :D
Aryo: Omonganmu masih nyambung kok, tumben ;))
Balas Komentar IniSebenarnya kamu sudah hampir benar, bahwa menasehati lebih mudah daripada melaksanakan. Nah, justru karena itulah, orang yang gak benerpun bisa menasehatkan hal yang benar. Betul ga?
Mungkin orang yang sedang gak bener itu, masih belum bisa melakukan nasehatnya sendiri. Tapi kita sebagai orang yang dinasehati, kalo emang bisa melaksanakan hal baik tersebut, kenapa tidak dilakukan? Gak harus menunggu orang yang gak bener tadi untuk jadi bener dulu kan?
bondet sekarang ngeblog yah, btw googlebot susah banget nembus idc...
Aryo: Ini bondet bukan nama yang sebenarnya ;))
Balas Komentar IniBtw, udah nyoba Sitemapnya Google?
lho, ini masih dalam rangka blog seleb ya?
gag jadi komen ah...
Aryo: Hehehe, bukan itu aja mbak, ini kompilasi dari fenomena blog seleb, dai poligami, dan komentator yang mengkomentari orang berkomentar tentang pengguna Windows yang mengkomentari MoU Pemerintah dengan Microsoft *mumet ora kowe*
Balas Komentar Inicuman kadang kita ga bisa begitu aja "ga melihat siapa yang bicara"
kenyataannya gituu.... itu udah alami sifat manusia yang pengen mendapat penghargaan atas segala sikap dan tuturnya...
Aryo: Ya, dan itu seharusnya selalu diperbaiki, karena siapapun orangnya, sumber ilmu adalah satu, yakni Alloh SWT
Balas Komentar Inimasih ada yg mau dengar Aa Gym ceramah?
masih ada yg ikut MQ?
masih ada yg datang ke pengajian di DT?
*ah, masyarakat Indonesia bisanya komentar + melihat isi saja... ;) *
Aryo: Itulah Koh, jadi apa alasan mereka ikut ngaji dulu? Mau cari ilmu atau mau lihat AA Gym?
Balas Komentar IniKalo cari ilmu, yakin deh ilmu AA Gym tidak akan luntur karena poligami.
Begitu juga yang masih rajin ikut mengaji sampai sekarang, semoga bisa menjaga niatnya, bukan karena tetep mengaji karena niat yang lain selain menambah ilmu.
lho betuulll itu!
*clingak-clinguk...ada apa ini?
Aryo: *pake topeng, berdiri di depan Oon*
Balas Komentar IniCILUUU' BWAAAA
mas aryo, orang pondokan ya? :-"
Aryo: Iya, bener sekali. Aku dari Pondok Harapan Indah (Poharin) Malang ;))
Balas Komentar Ini