Fear Factor di Jalanan
Lagi-lagi soal jalanan, tempat yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya, yang harus dilewati kalo ingin berpindah tempat, dan tempat yang tidak dapat ditempati untuk tempat tinggal.
Hampir tiada hariku tanpa melewati jalanan. Baik itu hanya sekedar beli galon akuwa di toko depan rumah, atau ketika ke masjid di belakang rumah.
Pergi pulang kerja, ngapel, belanja, de el el, selalu melewati jalanan. Maka tidak berlebihan kalo jalanan dikategorikan sebagai kebutuhan primer manusia. Makanan dan minuman datangnya juga lewat jalanan kan? Mosok mau makan singkong di kebun sendiri terus?
Meski jalanan sudah menjadi kebutuhan primer, namun pak SBY mengatakan resiko berkendara lebih besar daripada resiko menjadi tentara. Entah itu berlaku di seluruh dunia, atau hanya di Indonesia saja, atau di Malang saja?
Semakin lama aku perhatikan betapa semakin parah tingkat disiplin, etika dan kemampuan pengendara sepeda motor di jalanan. Plus jumlah kendaraan yang setiap waktu selalu bertambah.
Yang aku soroti dalam hal ini adalah perilaku pengendara sepeda motor, karena aku rider (atau biker? bingung dengan penjelasan Yudha NeoGats) jadi lebih sering bersinggungan dengan sepeda motor. Namun pengendara mobil juga tidak sedikit yang kurang ajar.
Beberapa gejala yang sering aku lihat pada pengendara sepeda motor:
- Terlalu
efisien waktu: cari jalan pintas yang bukan pada tempatnya. Bagi
pengedara dari arah pasar Blimbing menuju ke terminal Arjosari, di
pertigaan depan masjid Sabilillah, banyak yang melewati dalam ruko.
Padahal sudah jelas diberi tulisan "Bukan Jalan Umum". Selain tempat
itu adalah parkiran, bisa membahayakan pejalan kaki lain, dan yang
jelas menunjukkan kerendahan etikanya.
- Terlalu efisien waktu 2: sok tau dengan traffic light. Misalnya sedang kena lampu merah dan dia hapal urutannya, maka ketika lampu dari arah lain sudah merah semua, dia akan langsung tancap gas, meski lampu rambunya masih merah. Hal ini sering menyebabkan kecelakaan, misalnya karena pengendara dari arah lain belum semuanya lewat.
- Terlalu efisien waktu 3: sok tau dengan traffic light 2. Mirip dengan yang pertama, hanya yang ini terlalu lambat. Dari jarak jauh lampu masih hijau, dan ketika mendekati traffic light lampu sudah merah. Karena merasa yang lain masih berhenti, dia sikat aja dengan meneruskan lajunya. Hal ini juga rawan kecelakaan. Bahkan aku beberapa kali nyaris nabrak orang macam begini.
- Terlalu efisien waktu 4: belok sebelum waktunya. Misalnya dia sedang jalan, hendak belanja di AlfaMart di kanan jalan, begitu dirasa ada kesempatan untuk nyebrang, dia ambil kesempatan itu meskipun AlfaMart masih beberapa meter jauh di depannya. Efeknya, dia akan jalan lagi di sisi kanan jalan untuk sampai di AlfaMart. Hal tersebut sangat mengganggu pengguna jalan yang dari arah berlawanan, dan rawan ditabrak pula.
- Berkendara di ruas tengah jalan meskipun lambat. Tidak membahayakan secara langsung, tapi mengganggu pengguna jalan yang lain.
- Masuk ke jalan raya, atau berbelok ke kanan jalan tanpa melihat belakang kiri kanan dulu. Kelihatannya tidak mungkin terjadi, tapi masih banyak sekali aku menemui hal itu, nyaris kecelakaan malah. Bayangkan seandainya dari arah belakang ada kendaraan lain yang jaraknya sudah dekat, kecelakaan sangat mungkin terjadi.
- Dll yang sudah lupa.
Yang harus diingat, tiap satu angka di situ mewakili satu atau lebih nyawa manusia, yang bisa jadi nyawa itu adalah milik seseorang yang menjadi penyangga hidup keluarganya, atau menjadi harapan hidup keluarganya. Jadi, bukan hanya soal jumlah.
Kalo menurutku, ada beberapa alasan kenapa banyak pengendara yang tidak disiplin dan beretika:
- Tidak menyediakan waktu yang luang untuk perjalanan.
- Belum
waktunya mengendarai motor. Anak muda yang taunya hanya ngegas motor,
belum tau tanggung jawab pada keselamatan diri dan orang lain. SIM-nya
nembak, atau ujiannya nyogok, atau tidak punya SIM.
- Sudah bukan waktunya mengendarai motor. Orang tua yang sudah lanjut usia dan tidak lagi 'awas' pada keadaan.
- Memang tidak boleh mengendarai motor. Cewek yang mudah kaget dan gugup, misalnya.
- Memang wataknya kurang ajar, gak punya etika berkendara. Perlu disusupkan ke kali Brantas dulu.
Karena selain akan membahayakan orang lain, juga membahayakan dirinya sendiri. Mending jalan kaki kalo dekat, naek angkot kalo jauh.
Jangan sampai menyesal setelah semuanya terlambat.
Sekian.
Ada 12 komentar
KESALAHAN TETAP PADA POLISI, yang mengijinkan orang yang gag kompeten mengendarai memperoleh SIM.
BERANTAS CALO SIM!!!
Balas Komentar Iniudah upgrade ke Beta 7, tes riplei :p
Balas Komentar IniWah, sepertinya masya'alah ini emang harus kita pikirkan bersama.Dan kalaw pun tidak bersama-sama,sendirian juga boleh. dan bisa minta temenin kakak atau adik kalau kita takut berpikir sendirian, trus bawa bontot yang banyak, jangan lupa tas kecil untuk tentengan, dan sebelum pergi pamitan dulu sama orang tua. "Emang Mau Kemana sih Yok..??"
Aryo: Lho, manusia dari masa lalu muncul lagi >:) Posisi di mana bang? Lat/Long berapa? Ndak pingin liat ponakanmu? ;))
Balas Komentar Iniliat kanan kiri seblom nyebrang.
emg kapan ketemu yudo?
Aryo: dulu waktu mau acara kampanye safety riding yang sama pak john di alun-alun. aku cuman mampir di depan MKP sih :p
Balas Komentar Iniaku pengguna jalan yg bener kok Jo :d
Balas Komentar IniTetep Error.. komentar gag bisa langsung keluar :(
Balas Komentar Inihmmm ... nek kebelet piye yah?
Balas Komentar Ini@ferdhie: golek uwit ndek pinggir dalan :p
Balas Komentar Inihahahaha kebiasaan ya?
Balas Komentar Inipertelon borobudur langsung munggah ning trotoar.
santai bos ning kono kan ana bengkel, jadi yen tabrakan langsung didandani ning bengkel. terus buat cindera mata korban ditukokke setrika di plasa elektronik toh opo kuwi. hahahahahaha!
#Rita:
Pengguna jalan bener?
Maksudmu bener-bener pengguna jalan?
Kalo itu sih iya.
Tapi cara belokmu di tikungan dekat C7 masih mengkuatirkan gitu, sport jantung lihatnya.
#Venus:
itu fitur, jadi emang dipertahankan.
#Ferdhie:
Kebelet itu wacana klasik agar kita tidak berburuk sangka pada orang yang ngebut.
Tapi mau kebelet mau tidak, tetep aja etika dan dan disiplin yang salah di jalanan, berpotensi membahayakan orang lain maupun diri sendiri.
#Gum:
Kalo kamu ya cari cowok di pinggir jalan :p
Balas Komentar Ini#Slamet:
Jangan lupa, kalo kecelakaannya cukup parah, rumah sakit Syaiful Anwar tinggal jalan lurus ke selatan :p
sama-sama seneng protes tentang pengguna jalan raya ya.
Balas Komentar Inidi blog-ku juga banyak :D
saya barusan tadi pagi ditabrak motor dan langsung lari, nggak bisa aku ngomong banyak tapi emang waktu jaman SOEHARTO nggak perna aku rasain begini, sikarang setiap hari perang mulu di jalan.
Indonesia rasanya makin KEPO saja orang-orang, banyak sekali yang KURANG AJAR !!!! kalau pemerintah nggak bergerak cepat, makin lama akan banyak anarkis di jalan kalau begini.
mudah mudahan nggak terjadi tapi apa boleh buat…. kita lihat lah bansa ini menuju hancur !!!
Balas Komentar Ini