« Matikan HP Plis | Depan | Upacara Lewat YM »

Bendera Lusuh

Pagi ini aku baru masang bendera merah putih di depan rumah, satu hari menjelang ulang tahun negara ini. Amat sangat telat dibandingkan dengan masa kecilku dulu di desa, yang setiap rumah sudah (wajib) masang bendera satu minggu sebelum tanggal 17, dan diturunkan lagi satu minggu setelahnya. (kalo malam dimasukkan rumah sih)

Di desaku dulu ada petugas kelurahan yang keliling desa, ngecek benderanya sudah terpasang dengan baik dan benar atau tidak, dalam kondisi bersih apa tidak, cukup tinggi apa tidak, dan berbagai syarat lain. Kalo tidak sesuai, bendera beserta tiangnya akan dicabut dan dilempar ke dalam rumah. (ini terjadi pada tetanggaku).

Bukan cuma bendera dan tiangnya yang dipermasalahkan, tapi pagar harus sudah berwarna putih bersih, entah menggunakan cat bagi si kaya, atau dilaburi gamping bagi yang kurang mampu.

Masalahnya gak semua warga desa itu orang mampu, yang buat makan keseharian aja ngepas. Biasanya disiasati oleh yang bersangkutan dengan patungan bersama tetangga di belakang rumahnya. Kalo tidak punya tetangga, terpaksa meminjam (uang/bendera) dari yang punya.

Feodal sekali kayaknya, membuat warga seakan terjajah oleh aparat sendiri. Entah kalo sekarang, apakah masih seperti itu. Sudah lama tidak mudik dalam rangka 17 Agustusan.

Karena acara 17 Agustus selalu disambut dengan stressing seperti itu, menjadikan hari kemerdekaan seakan sesuatu yang sakral.

Dulu aku sering merinding kalo lagu kebangsaan Indonesia dikumandangkan dalam upacara, dan juga lagu 17 Agustus yang hanya terdengar setahun sekali itu.

Tapi itu dulu.

Sekarang nampaknya sudah tidak segegap gempita dulu. Apakah ini pertanda rasa nasionalisme yang menurun?

Meski definisi nasionalisme sendiri masih dipertanyakan bahkan oleh koh purba ini, namun ada sesuatu yang berbeda dengan masa lalu dalam menghadapi hari kemerdekaan.

Di diskusi radio yang aku dengarkan selama perjalanan pagi tadi, salah satu cara mengukur tingkat nasionalisme bangsa ini adalah ketika dihadapkan dengan bangsa lain. Misalnya saat pertandingan sepak bola piala asia kemaren, semangat nasionalisme dan perasaan cinta tanah air dari berbagai elemen bangsa akan muncul.

Atau saat ajang olimpiade biologi di Kanada, dimana tim Indonesia meraih medali emas. Di sana bendera merah putih dikibarkan, menandakan masih kuatnya nasionalisme tim itu membawa nama Indonesia.

Pada masa kemerdekaan dulu, semangat nasionalisme terlihat jelas karena ada bangsa lain yang sedang dihadapi dalam perang.

Kalo masa sekarang, hanya pada even tertentu saja.

Tapi gimana dengan hari kemerdekaan, namun masang bendera saja telat, benderanya lusuh karena sudah lama dicari dan ketemu di bawah jemuran, lalu diikat pada sebatang bambu kusam yang tidak seberapa tinggi, diikat dengan seutas kawat, nempel pada pagar besi. Seperti terlihat di bawah ini:



Anyway, Dirgahayu Republik Indonesia, aku bangga jadi wargamu.

Ada 6 komentar

Yeni Setiawan pada August 16, 2007 1:03 PM menulis:

Merdeka!

* udah gitu aja *

Aryo:
mas, benderanya ketinggalan tuh

Balas Komentar Ini
DK pada August 16, 2007 3:21 PM menulis:

Merdeka????? Laki-laki diJajah wanita ,,,,

Aryo:
kasian lelaki

Balas Komentar Ini
kiyat pada August 16, 2007 4:37 PM menulis:

Merdeka!!!
btw.. kalo bsok nyanyi make 3 stanza yang katanya di temukan di server Belanda (xixixiixix).. berapa yang pingsan ya?

Aryo:
jumlah sebelumnya pangkat 3

Balas Komentar Ini
vnz pada August 16, 2007 6:58 PM menulis:

MerdekaH!!!!

Balas Komentar Ini
sluman slumun slamet pada August 17, 2007 12:46 AM menulis:

3 stanza lagi! .....
gara-gara den bagus roy nih!
kabarnya dia juga nemuin lagu kebangsaan majapahit yang direkam diatas pita selulontar.
setelah dianalisis sama den bagus roy, ternyata asli.

wekekekekek.

MERDEKA! Tahun depan gaji naik!

Aryo:
tahun depan itu 2009 apa 2015?

Balas Komentar Ini
robin pada August 18, 2007 9:01 PM menulis:

merdeka bung merdeka.....!
perjuangan belum usai

Aryo:
ya, berjuang untuk ...

Balas Komentar Ini

Isi Komentar




  Isi Smiley


Pencarian

Komentar Terbaru

December 2021

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
      1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31  

Kategori

Arsip

Aryo Sanjaya

Tinggalkan Pesan

Kisah Mahesa Jenar

Kisah dari Tanah Jawa, tentang perjalanan diri Mahesa Jenar.
Download:
Naga Sasra & Sabuk Inten
atau di sini:
download dari SaveFile.com
Theme by: Magic Paper
Didukung oleh
Movable Type 6.3.10


Aryo Sanjaya

Sindikasi