Memilih Dokter Anak
Ketika si kecil sakit, orang tua bukan hanya ikut merasakan sakitnya, namun lebih jauh lagi akan merasa kasihan, merasa ingin menggantikan sakitnya, dan yang lebih utama adalah merasa khawatir.
Tersiksa sendiri.
Dalam kondisi seperti itu, maka langkah apapun akan dilakukan, uang berapapun akan dikeluarkan, termasuk membawa anak ke dokter spesialis terbaik.
Namun bagaimana jika dokter yang diharapkan menjadi pahlawan, justru membelokkan harapan itu?
Pertama kali ke dokter anak adalah ke dokter W yang praktek dekat rumah. Saat itu Naza sedang sakit pilek dan sesak nafas. Oleh dokter, Naza hanya diperiksa sekilas, dan memberikan vonis bahwa Naza terkena asma.
Sebagai orang tua yang sedang kritis terhadap kondisi anak, feelingku mengatakan bahwa pemeriksaan itu terlalu instan. Benar memang aku tidak paham dunia medis, namun cara memeriksa seperti itu, rasanya kurang menyeluruh. Kita ingin dokter tampak lebih serius.
Dan benar, ketika tidak segera membaik, aku periksakan Naza ke dokter B di dekat Dieng Plaza, dan Naza dinyatakan tidak terkena asma. Hanya saat itu sedang musim pancaroba dan bayi merespon dengan seperti itu. Beberapa hari kemudian kondisinya sudah membaik dan kembali normal.
Dokter W tadi juga yang memvonis anaknya Rakhmat terkena autis, tetapi ketika diperiksakan ke dokter di Surabaya, ternyata bukan autis.
Kejadian kedua adalah kemarin lusa, saat Naza mengalami demam selama 3 hari. Saat dibawa ke dokter B, pemeriksaan dirasa terlalu sekilas, dan mengatakan Naza tidak apa-apa, hanya perlu obat penurun panas.
Malam harinya, Naza masih demam dan muntah saat diberikan obat dari dokter B. Tengah malam, karena sebelumnya obatnya dimuntahkan, kita coba beri obat itu lagi, namun dimuntahkan lagi setelah sempat beberapa saat di perutnya.
Besoknya kondisinya justru semakin parah, Naza tidak mau makan apapun, bahkan air susu ibunya juga ditolak. Yang mau dia telan hanyalah air putih.
Setelah seharian tidak mendapat makanan yang cukup, kondisinya makin lemah. Sorenya aku bawa dia ke dokter L yang berada di jalan TRIP.
Saat diperiksa secara seksama (lebih detail dibanding dokter sebelumnya), diketahui bahwa Naza mengalami panas dalam dan sariawan. Obat yang dari dokter B dihentikan kecuali penurun panasnya, dan diberi obat baru oleh dokter L.
Malamnya Naza sudah tidak terlalu demam, dan hari ini sudah ceria kembali.
Dari rentetan kejadian tersebut dapat disimpulkan kadang kala dokter yang menurut sebagian orang adalah sangat bagus, bahkan kita sendiri pernah membuktikannya, ternyata tidak selamanya begitu. Misalnya dokter B yang sebelumnya mendiagnosa Naza dengan benar, di kasus berikutnya ternyata salah diagnosa, yang efeknya adalah salah memberikan obat.
Ada juga dokter yang dipercaya sangat teliti oleh temanku T, ternyata salah memberikan dosis obat pada anaknya temanku yang lain, J, sehingga mengalami panas tinggi dan gangguan kulit.
Karenanya, slogan "buat anak kok coba-coba" rasanya memang pantas dilanggar demi mendapatkan dokter spesialis anak yang tepat.
Ada 10 komentar
buat anak jangan coba"...sam!, kalo bikin anak sambil coba" gpp ...:) piss...
Balas Komentar Iniwes tau tah ro?
Balas Komentar Inipiye rasane?
Link nang webku typo
Balas Komentar Inidendo $100
Aku kan cuman copy paste teko google. Awakmu njaluko dendone nang google.
Balas Komentar Iniweleh, omongane bapak2 iki, kapan2 wae aku tak melu, soale saiki durung duwe bahan, wkwkwkwkw
Balas Komentar IniBener itu kata mas AS, harus hati-hati ke dokter.
Balas Komentar IniWalaupun kami tetap rutin cek anak ke dokter langganan, utk melihat tumbuh kembang anak, jika terdapat keluhan kami mencoba utk carikan alternatif juga.
Sebagai Penyembuhan Alternatif si kecil bisa dengan pijat. Tentunya jika keluhan masih sebatas batuk pilek ringan dan kecapekan. (walaupun dibeberapa kasus diyakini dan dibuktikan bahwa alternatif ini juga banyak yg "jodo" misalnya utk anak yg lahir prematur, anak sulit makan dll )
Berikut daftar pijat / penyembuhan alternatif khusus / cocok utk anak:
1. Klinik di jalan kaliurang, depan gang XV, depan salon ratna kodya Malang. Pengelolaan terlihat islami & modern. terdapat surat ijin praktek. Terdapat beberapa asisten yg juga turut terlibat. terdapat jam prakter seperti praktek dokter.
2. Mbah Sum, Jl Suropati kecamatan bululawang kab Malang. Dukun Bayi, Masih Tradisional bisa datang sewaktu-waktu. Pijatannya tidak menyebabkan kesakitan dan tidak memijat dibagian kepala dan mengerti aturan2 mana yg boleh dipijat dan tidak, seperti tidak memijat bagian kepala. Jika di amati pijatannya persis dengan metode pijat bayi yang ada di VCD (lupa judulnya). Yang jelas VCD tersebut satu paket dengan buku beli di gramedia tentang tata cara pijat bayi.
3. Pijat anak di jalan Pondok An-nur 1 Bululawang kab Malang.
Sudah sepuh juga orangnya, ada jam praktek. pagi mulai jam 7 - dhuhur. istirahat dilanjut ashar - magrib. Harus sabar antri, siapkan mental karena anak pasti menangis. Lebih cocok untuk anak di atas 1 tahun atau anak yg habis jatuh dan terkilir.
4. Pijat anak Jl Sumpil Gg 2 Arjosari kodya Malang.
Sudah terkenal dan jadi langganan dari anak orang biasa sampai pejabat.
5. Pak Subkhi,Depan POM BENSIN Desa Kalangan Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Mengerti Psikologi Anak. Cocok untuk anak yang kejiwaannya terlihat aneh, mungkin karena trauma terhadap sesuatu, pernah dijanjikan sesuatu tapi belum terpenuhi. "Dlahom" atau Kecerdasan tidak berjalan sesuai dengan usia anak. Kikrik ataun Sakit-sakiten. dll.
Makasih infonya, tuan
Masih ragu kalo untuk mijitkan anak.
Balas Komentar IniKalo Cecil ama Rasyid langganan di dokter Sri Kusumawardhani (dokter Dhani) yang praktek di sebelah gereja Jl. Ijen. Yah tentunya setelah gonta-ganti dokter. Dokter L juga pernah, tapi masih kurang sreg ama diagnosanya. Kalo dokter Dhani diagnosanya bagus. Banyak ngomongnya, bisa diajak diskusi. Tapi ya tetep aja abis dapat resep, mesti ndak langsung ditebus, nanya dulu apa tulisan obat yang ada di resep ama apoteker, trus searching dulu di medicastore.com. Lebih-lebih kalo obatnya puyer, dicek interaksi obatnya bahaya gak. Trus ikut milis sehat di yahoogroups juga.
Balas Komentar IniSebelum ke dokter L (aslinya sih F) memang kita sempat ke dokter Dhani, tapi berhubung antriannya ruarr biasa, kita ke dokter L atas rekomendasi dokter yang dulu kos di rumah kita.
Btw, kalo dari searching itu obatnya bahaya, apa gak jadi dikasihkan ke bayi?
Lha tapi mosok obat bahaya kok diresepkan sama dokter?
*lupa kalo di indonesia*
Balas Komentar Iniemang bener sih.., dulu istriku (asli Gunung Kidul) ketika anak pertama, bila sakit pasti di kasih ramuan herbal (alami), dan alhamdulillah sembuh, tapi ketika ikut dengan saya (sekarang ada di tangerang) agak sulit cari ramuan tersebut, mau gak mau harus ke dokter (umum atw anak), sering kali kasian liat anak masih kecil sudah makan obat2an yang mengandung kimia, jadi udh gak mempan kalau di bawa ke puskesmas yang pasti dosisnya berbeda dengan dokter, yahhhh... pada akhirnya kami berdua punya prinsip.... obat yang paling ampuh hanyalah dari kasih sayang en perhatian, dan yang pasti obat itu dalam bentuk makanan yang tiap hari di konsumsi oleh anak2ku (sekarang udh 2), karena obat yang mujarab hanyalah dari makanan, bukan obat yang dibuat dari pabrik, begitu juga dengan susu, kalau belum umur 2 taon belum saya kasih susu yang buatan pabrik tetep dari ASI......,
Balas Komentar Ini