Masih ingat lagu kanak-kanak ini:

Bangun tidur kuterus mandi Tidak lupa menggosok gigi Dst...

Pasti penciptanya bukan berasal dari Malang, atau paling tidak, dia tidak menciptakan lagu itu di Malang, atau minimal dia tidak menciptakannya di antara bulan Juli sampe Oktober di kota Malang.

Di rentang waktu Juli sampe Oktober, Malang berada pada kondisi dingin sedingin-dinginnya. Kalo di komunitas kita, fenomena itu disebut sebagai musim penyambut mahasiswa baru.
Ya, begitu pula yang terjadi 9 tahun lalu, ketika aku pertama kali masuk Malang, hawa dingin begitu menyengat, seolah meyakinkan bahwa Malang memang kota dingin.

Tapi begitu menginjak bulan Desember dan seterusnya, Malang gak beda jauh dengan kota yang lain, SUMUK!

Namun agak beda untuk musim ini, karena dinginnya begitu nyata, merasuk ke dalam jiwa. Hiperbolik banget.
Bahkan siang hari aku masih menggigil kalo mandi. Jadi jangan heran kalo di antara bulan ini, aku lebih jarang mandi. Ugh.

Selain itu, sekarang ini aku males pulang kantor malam. Jatah waktu yang seharusnya aku pulang jam 1 malam, aku undur menjadi jam 6. Agak begadang sih, tapi gak pa-pa, daripada kedinginan di perjalanan.

Aku memang paling gak tahan dingin. Bagiku mending kepanasan daripada kedinginan. Makanya kalo ke Surabaya, jika teman-teman lain sudah pada kisruh karena kepanasan, aku lebih tahan.

Jika kena dingin, jiwa ini serasa tertekan, pingin marah, gigi sakit, hati jadi sensitif, etc.
Komentar si Neea: "Lha gak tahan dingin gitu, kok mau punya rumah di Malang"

Semoga musim dingin segera berakhir, hikzz...