Hypercube
Setelah nonton film ini, Cube 2: Hypercube, jangan harap mendapatkan kepuasan di endingnya. Nggantung, dan gak percaya kalo filmnya sudah selesai.
Tapi itu terjadi jika nontonnya hanya berdasarkan alur, atau berdasarkan pola pikir sinetron, bahwa yang benar pasti menang, dan jagoan pasti selamat.
Di film ini semua pemain utama akhirnya mati *spoiler*
Intinya adalah meloloskan diri dari dalam Hypercube atau Tesseract.
Film ini masuk kategori horror dan sekaligus fiksi ilmiah. Aku sih lebih melihat sisi ilmiahnya, karena film ini sama sekali tidak membangkitkan adrenalinku. Yang ada hanya pikiranku selalu berputar, mencoba memahami konsep dari Hypercube yang diangkat pada film ini.
Hypercube termasuk ilmu geometri dalam matematika. Dan karena matematikaku lemah, agak sulit bagiku memahaminya.
Lazimnya otak manusia hanya mampu menggambarkan obyek ruang, atau 3 dimensi (panjang x lebar x tinggi). Mungkin hanya orang tertentu, dengan kelebihan kepintaran, yang dapat merambah ke dimensi lebih tinggi lagi.
Dalam teorinya, Hypercube termasuk obyek 4 dimensi. Bagi yang pinter matematika dapat melihatnya di MathWorld.
Dalam film, digambarkan bahwa Hypercube adalah penjara dengan ruang paralel yang sebenarnya adalah satu, namun dalam dimensi waktu yang berbeda, dan memiliki gravitasi serta percepatan waktu yang beda. Nah loh.
Ruangan dalam Hypercube selalu bergerak, sehingga menyebabkan terjadinya dinamisme waktu di dalamnya. Dalam beberapa kesempatan, satu orang pemain dapat bertemu dirinya sendiri di ruangan lain. Bahkan bisa mati dan dimakan berkali-kali.
Salah satu pemain (hmm, atau 2 ya?) yang mati karena dinamisme itu, tergencet di tembok dimensi yang saling melewati. Kalo diperhatikan pada gambar Hypercube, memang ruangan paralel ini akan saling melewati jika bergerak. Silakan lihat gambar di samping kanan ini.
Meskipun terkesan mengada-ada, namun pernahkah terbersit di pikiran kita, bahwa kita saat ini juga hidup di dunia paralel? Bahwa ada 'kita' yang lain di dimensi yang berbeda?
Beranilah untuk menjawabnya.
Sumber gambar:
Ada 15 komentar
set dah, ... urlku kesebut di bagian situ *sigh*
Aryo:
Balas Komentar IniSante Fi, aku yakin kamu tidak lemah dalam hal matematika. Kamu cuma lemah dalam hal selain matematika.
*kaboorr*
halah..basbang, Yo...
aku dah nonton sejak 2003..hahaha..
Aryo:
Balas Komentar IniHehehe, iya emang Koh, lha soale aku jarang nonton VCD sih. Nonton paling juga India ;))
eMmm ternyata mas aryo mang pencinta film India sejati yah :P
Aryo:
Balas Komentar IniYaa iyallahh...
*goyang India* ;))
Kalo "masa depan" bisa dibilang paralel ga mas? Kan ada kita juga di masa itu. Mungkin di masa depan teknologi udah sangat canggih sehingga kita bisa jalan-jalan ke masa lalu. Syukur-syukur bisa ketemu sama diri kita sendiri.
Tapi 'mungkin' aku percaya soal kehidupan di planet lain selain bumi. Ada berjuta-juta galaksi di alam raya. Gak menutup kemungkinan beberapa di antaranya berpenghuni. Hanya ilmu pengetahuan kita aja yang belum sampai ke sana. Ckk...ckk...ckk... (yang ini kayaknya nyambungnya ke film War of The World deh!)
Aryo:
Balas Komentar IniKalo akal kita sudah tidak menggapainya, bukankah kita punya sesuatu yang bisa dijadikan acuannya, yakni Al-Qur'an.
Masalahnya sekarang ilmu kita yang terbatas untuk menelaah keseluruhan Al-Qur'an. Nah loh.
Ketipu sang sutradara donk....
Nderek atur
Aryo:
Balas Komentar IniSutradara hanya menggambarkan ide cerita, pak, sedangkan yang ingin saya tangkap adalah 'ilmu' yang ada di baliknya. Mempelajari pengalaman dari hal yang belum terjadi pada saya.
Yeah, tetap mengharapkan tertipu oleh sutradara sih :D
wahhh... aku suka sih fiksi gituuw... cuman aspek horrornya itu yang kurang suka... coz bisa bikin ga elap tidur.. :p
Aryo:
Balas Komentar IniHorror adalah bagian dari kehidupan kita. Kalo Kang Bebek takut, saya juga takut. *lho?*
Wach mas aryo suka nonton juga yak, aku juga dach nonton tuch bulan kemarin, emang cukup seru, ada adegan syur dikit he..he... namun sayang keburu kesensor ha...ha...ha.... :D
Aryo:
Balas Komentar IniAdegan syur yang gak jadi ngesyurkan, lha berubah jadi tengkorak gitu >:)
Kayaknya Mas Ario perlu lebih banyak memuat posting tentang film. Coz aku juga movie-mania nee... Biar kita bisa tau gemana si selera filmnya Mas Ario (aku sengaja pake "ARIO", biar ada yang manyun) :))
Aryo:
Balas Komentar IniDooh, udah berapa kali aku bilang, ARIO itu perkumpulan kematian di Surabaya.
Bedakan penggalannya: AR-YO dan A-RI-O
*kirim santet ke Dian*
waktu jaman2 masih skul, d'suka ngikutin cerita yang gtu2... ttg penyihir, dunia paralel UFO 'n semacemnya. tp sekarang udah g'(udah tll sibuk ma tugas kul -sok sibuk-) kata salah satu sumber di komik witch (entah romi rafael ato dedy corbuzer -lupa gmn nulisnya-)dunia paralel tuh ada benran.
pernah ngalamin dejavu? nah katanya, itu salah satu fenomena dimana kita telah melompati dimensi. kita g'sengaja udah singgah k masa depan. gtu contoh pembuktian dunia paralel. tp gtw bner ato g'nya... ^_^
Aryo:
Balas Komentar Iniyang bisa membuktikan kebenaran tentang hal itu hanya makhluk fiktif. jadi ceritanya tetap (dan akan selalu?) dianggep fiktif :(
gimana dengan orang ini yang ngakunya sebagai time traveller dari tahun 2036? nah lhoo...
jadi apakah dunia pararel memang bener ada? dan di tahun 2036 sudah ditemukan alat untuk menjelajahinya?
mene ketehee?
Aryo:
Balas Komentar IniGimana dengan saya? :D
Jahat banget sih, masa aku dikirimi santet! Mbok yo dikirimin duit gitu loch...
Ada yang percaya UFO itu mesin waktu. Tapi penumpangnya kok alien ya? Masa' kita di masa depan jadi jelek-jelek gitu?! *gak relaaa*
Eh Mas Ario! Waktu SMA aku pernah baca hadits yang membenarkan adanya kehidupan di luar sana. Tapi nggak tau itu hadits benar atau nggak *kan banyak hadits palsu yang beredar di masyarakat kita*
Soal deja-vu, biasanya aku ngalamin di dunia mimpi lalu terjadi di dunia nyata. Nah, sebenarnya antara dunia mimpi dan dunia nyata itu ada 'terowongan penghubung'-nya nggak sieh? :-?
Aryo:
Balas Komentar IniKehidupan malaikat dan ruh juga di luar sana kan?
Apa itu termasuk alien?
Saya lebih suka mandang animasinya keren
Aryo:
Balas Komentar IniIya, salah satu ciri khas fiksi ilmiah :D
wahh jeruuuuuuuuuuuuuu
Aryo:
Balas Komentar Inikedawan?
hai mas aryo salam kenal. gini kalo menurut saya, semua ilmu dan teori tanpa terkecuali harus tunduk pada hukum alam. yang selama ini dapat sy simpulkan adalah hukum alam itu adalah alami dan natural, contohnya jika kita ingin mengambil gelas di dapur kita harus berjalan untuk mengambilnya tidak mungkin gelas yang datang kepada kita. nah, untuk ruang pararel dan time reversibility itu tidak akan mungkin bisa terjadi. sifat dari waktu adl progresif.
Aryo:
Balas Komentar IniHai, salam kenal juga mas Mario.
Aku menangkap 2 hal dari postingan mas:
1. Hukum alam itu natural
Dalam Islam dikenal sebagai Sunatulloh (CMIIW). Bahkan Alloh yang Maha Berkehendak, kekuasaan tanpa batasan apapun, menunjukkan pada kita akan hal ini, tentang adanya proses. Dia menciptakan dunia dalam 6 masa, kenapa tidak sekali saja? Padahal Dia pasti mampu membuatnya dalam 1 masa saja.
Dia juga bisa mematikan siapa saja kapan saja, tapi akan selalu ada sabab-musababnya.
2. Waktu progresif
Kalo aku mengistilahkan waktu itu linier, dari tiap satu satuan waktu ke waktu berikutnya. Tidak mungkin berulang. Kita sependapat untuk hal ini.
Tapi pertanyaannya adalah, apakah ada dimensi lain?
Yang tentu saja akan menciptakan waktu linier yang lain? Yang jika berhimpitan, seakan menimbulkan waktu yang berulang.
Yeah, sampai saat ini sih belum ada kepastian untuk hal itu, jadi anggap aja tidak ada :D
Emang....neh cara pikir orang dalem2...gw blomm nonton tuh felmnya. Mas pernah ngalamin dejavu..sebenernya kejadian alam pikir kita setiap neutron2 otak..weleh.. membentuk dimensi2 imajinasi meskipun tanpa disadari...nah kena deh Dejavu. "perasaan gw pernah liat mas aryo di TV...dan dalam bentuk/behave yg sama"
Aryo:
Balas Komentar IniMasuk TV?
Aamiin.
Eh, dalam acara apa tuh, Buser, Patroli? ;))