Kriwikan Dadi Grojokan
Kriwikan dalam bahasa Jawa artinya aliran air yang kecil, sedangkan Grojokan adalah aliran yang besar dan deras.
Penggunaan istilah Kriwikan Dadi Grojokan biasanya untuk menggambarkan keadaan yang berubah drastis, berawal dari hal kecil namun berimbas besar. Misalnya dari pertengkaran anak kecil yang sedang bermain, berimbas pada perkelahian antar keluarga.
Jika anda penikmat sejati ludruk Kartolo CS, tentu pernah mendengarkan salah satu lakon dengan judul Kriwikan Dadi Grojokan ini :D
Dalam catatan saya, beberapa kali mengalami hal yang sesuai dengan istilah tersebut. Yang sering terjadi adalah dalam hal gojlokan (ejekan) di dunia maya, baik itu via chatting maupun email.
Meskipun sebelumnya terbiasa bertegur sapa dengan akrab, namun saat mulai masuk ke saling ejek, masing-masing bertahan untuk tidak mau kalah dalam ejekan. Dan memang, akhirnya salah satu kalah, keluar dan putus hubungan untuk selamanya (paling tidak ya sampai saat ini).
Beberapa poin yang dapat dibahas:
- Konteks komunikasi yang dilakukan adalah bercanda, harusnya semua pembahasan tetap pada landasan tersebut. Jika memang sudah merambah pada hal sensitif, segera hentikan. Ganti topik pembicaraan ke hal lain.
Masalahnya adalah ketika salah satu menganggap pembahasan masih di dalam jalur, sedangkan satunya sudah merasa keluar jalur tetapi nekat meneruskan, hasilnya adalah kalah secara mental dan drop, komunikasi menjadi tidak sehat lagi.
Lebih parah kalau keduanya sama-sama yakin sudah keluar jalur tapi nekat meneruskan. - Memiliki target untuk memenangkan adu argumen adalah kesalahan fatal dalam saling ejek. Harusnya fokus utama adalah saling melempar informasi untuk memperkaya komunikasi, terlepas dari siapa yang menang atau kalah.
Jika ada argumen teman yang salah, berikan informasi kesalahannya di mana, dan benarnya bagaimana, tanpa embel-embel jumawa merasa menang.
Sebaliknya pihak yang diberikan informasi juga jangan resist karena menolak disalahkan yang membuat dia merasa kalah. Jika informasi yang disampaikan benar, kenapa ditolak? - Terbiasa menang dalam adu argumen juga membawa dampak mental ketika suatu saat dia kalah. Ketika dalam lingkungannya dia adalah yang paling jago debat, dan saat berhadapan dengan teman yang dianggapnya sepele, dia memaksa diri harus menang.
Padahal perasaan tersebut tidak seharusnya terjadi.
Jika memang pembahasan sudah tidak mungkin menemukan titik temu, sebaiknya disudahi, bukan malah menyerang orangnya (ad hominem), membahas di luar topik, dan lebih parah lagi adalah memutuskan komunikasi. Salah besar.
Kebenaran tidak cuma satu, karena relatif pada keyakinan dan pemahaman seseorang. Ini yang harus disepakati sebelumnya. Jika memang tidak bisa sepakat dengan satu pendapat, ya silakan menggunakan pendapat masing-masing, namun tetap mengisolasi pembahasan hanya pada topik tersebut, tidak melebar sampai pada pemutusan komunikasi.
Pendapat yang tidak berhasil anda sampaikan kepada pihak lain, tidak mengubah kebenaran pendapat anda menjadi salah kan?
Intinya adalah pada fokus masalah, sehingga tidak menyebabkan Kriwikan Dadi Grojokan.
Ada 11 komentar
poin 1 dan 3 bisa diterima, poin 2 butuh kesadaran dari person yg bersangkutan
Balas Komentar Iniselebihnya saya sepakat yang ini
"Harusnya fokus utama adalah saling melempar informasi untuk memperkaya komunikasi, terlepas dari siapa yang menang atau kalah."
Makanya, di milis yang menyebutkan "sing waras ngalah" itu tidak relevan dengan keadaan ini, sebab kita meyakini bahwa masing-masing dari kita itu "waras".
Yang membedakan adalah mawas diri pada tingkatan yang berbeda. Ada yang mudah terpelosok dalam pikirannya sendiri, dan ada yang masih dapat melihat masalah dengan datar.
Selama ini aku selalu beranggapan, apa yg ada didunia maya ya stay di dunia maya, tidak mempengaruhi kehidupan nyata.
Contoh:
Kalau di dunia maya aku nggojloki si aryo sanjaya, adu argumen, gontok-gontokan sampe gelutan tapi aku melakukan itu cuma saat di dunia maya.
Kalau ketemu di dunia nyata beda lagi, aku pasti menganggap kalau yg didunia maya itu tidak pernah ada.
Itu kalau aku lho ya, bisa memisahkan dua dunia. Yes, gemini rules ;))
Balas Komentar IniKomentarmu sungguh sooo gay Nuz
*stay in dunia maya* ;))
Balas Komentar IniKarena itu aku heran sama mereka yang kemudian musuhan didunia nyata gara-gara gojlok-gojlokan di email, twitter, milis, facebook, dll.
;))
Balas Komentar IniNdak baca... kedawan...
Balas Komentar Ini*send worm*
Balas Komentar Inibaru tau... teknologi jawa ini diadopsi oleh orang barat untuk membuat transistor penguat... (ra nyambung blasss)
Balas Komentar IniIni alasan pembenar kemaren itu ya? *mlengos
Balas Komentar Inisegala sesuatunya ter gantung pada individu masing2 org dan kemampuan untuk menerima pengetahuan dan dasar2 keilmuanya bagaimana akal dan budi mampu mengembangkan teknologi pribadi pada dirinya sendiri,guna mencapai kebijaksanaan dlm samudra kehidupan nyata dan tak nyata.salam satu jiwa indonesia
Balas Komentar Inikalau boleh ane turut nyimak ya gan... ane coba pahami dulu makna dari artikel ini....
Balas Komentar Ini