Juri Juga Manusia
Beberapa waktu yang lalu tim kami sempat mengikuti festival industri
kreatif (http://www.increfest.com) yang digelar di Bandung. Salah satu
produk kami menjadi finalis 7 besar dalam bidang software, yang
berkesempatan untuk menang pada acara yang disponsori oleh Kementrian
Perindustrian.
Hal yang menarik adalah saat talkshow bersama semua peserta lomba, dengan perwakilan dari pemerintah (Kemenperin), dari media (MNC TV), dan dari pihak pengusaha.
Dalam bincang-bincang tersebut, salah satu peserta menyampaikan fakta bahwa meskipun produk mereka menang lomba-lomba yang digelar pemerintah seperti Increfest ini, tetapi tidak ada satupun yang dapat diimplementasikan di dunia nyata.
Sebab pada dunia nyata, proyek pemerintah yang besar harus melalui proses tender. Sedangkan para pemenang tender adalah mereka yang memang sudah siap di bidang tender, cara mengolah dokumen, cara menyusun spesifikasi, dan bahkan cara-cara yang akhirnya hanya itu-itu saja pemenangnya. Hal tersebut menyebabkan para pemenang lomba yang belum tentu siap ikut proses tender selalu kalah, padahal produknya bagus-bagus dan mestinya bermanfaat.
Hal yang menarik adalah saat talkshow bersama semua peserta lomba, dengan perwakilan dari pemerintah (Kemenperin), dari media (MNC TV), dan dari pihak pengusaha.
Dalam bincang-bincang tersebut, salah satu peserta menyampaikan fakta bahwa meskipun produk mereka menang lomba-lomba yang digelar pemerintah seperti Increfest ini, tetapi tidak ada satupun yang dapat diimplementasikan di dunia nyata.
Sebab pada dunia nyata, proyek pemerintah yang besar harus melalui proses tender. Sedangkan para pemenang tender adalah mereka yang memang sudah siap di bidang tender, cara mengolah dokumen, cara menyusun spesifikasi, dan bahkan cara-cara yang akhirnya hanya itu-itu saja pemenangnya. Hal tersebut menyebabkan para pemenang lomba yang belum tentu siap ikut proses tender selalu kalah, padahal produknya bagus-bagus dan mestinya bermanfaat.
Saya cenderung mengiyakan fakta yang disampaikan tersebut, sebab dalam beberapa kali proses tender memang begitulah kenyataannya. Siapa yang lebih siap dalam hal birokrasi maka lebih berpotensi untuk menang, terlepas dari kualitas produk yang dimiliki. Bahkan kadang malah produknya tidak berfungsi sama sekali tetapi menjadi pemenang.
Namun bukan hal tersebut yang saya maksud di sini. Jika scope pembicaraan ditarik ke level festival yang sedang berlangsung tersebut, pola yang sama juga terjadi.
Para pemenang lomba adalah mereka yang telah terbiasa ikut lomba, yang dapat meyakinkan juri, yang siap dengan materi dan presentasi, dan trik-trik tertentu yang menjadikan mereka pemenang lomba.
Dalam tahap final tersebut jelas semua produk adalah berkualitas, sehingga faktor juri adalah penentu di sini. Tingkat kreatifitas yang dinilai adalah sejauh pemahaman wawasan dan kemampuan juri, sehingga di situlah yang perlu diolah oleh peserta yang terbiasa ikut lomba.
Sesuai yang tertulis di web http://Increfest.com/about.php:
Pada poin "b" di atas, banyak pemenang lomba yang hanya mengincar hadiah uang dan publikasi semata, dan akhirnya produknya disimpan rapi di etalase. Tidak bergerak sama sekali. Ini fakta yang dipahami oleh banyak orang di dunia lomba.
Di situ mungkin kemampuan juri perlu ditingkatkan, tidak hanya sekedar mengerti IT, yang mudah "woow" dengan adanya teknologi terbaru, tidak hanya sekedar perwakilan dari Microsoft atau perusahaan besar lainnya. Tetapi lebih jauh dari itu, harusnya dapat menilai sejauh mana manfaat kreatifitas yang dinilai itu bisa menjadi nyata di masyarakat.
Ah, tapi juri juga manusia.
Namun bukan hal tersebut yang saya maksud di sini. Jika scope pembicaraan ditarik ke level festival yang sedang berlangsung tersebut, pola yang sama juga terjadi.
Para pemenang lomba adalah mereka yang telah terbiasa ikut lomba, yang dapat meyakinkan juri, yang siap dengan materi dan presentasi, dan trik-trik tertentu yang menjadikan mereka pemenang lomba.
Dalam tahap final tersebut jelas semua produk adalah berkualitas, sehingga faktor juri adalah penentu di sini. Tingkat kreatifitas yang dinilai adalah sejauh pemahaman wawasan dan kemampuan juri, sehingga di situlah yang perlu diolah oleh peserta yang terbiasa ikut lomba.
Sesuai yang tertulis di web http://Increfest.com/about.php:
a. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menumbuhkan kembangkan kelompok usaha / industry dibidang pengembangan Industri Kreatif Games, Animasi dan Software dengan harapan pada waktunya kelak industry ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil devisa.
b. Sejalan dengan usaha menumbuhkan Industry Industri Kreatif Games, Animasi dan Software dalam negeri yang kokoh, pemerintah juga mendorong para pengembang (Develovers), dan Pemakai (Users) untuk dapat aktif untuk menggerakkan secara Nyata.
c. Tema Pada Pelaksanaan Kompetisi Gelar Produk Kreatif 2013 adalah "Indonesia, ini karyaku kualitas dunia"
Pada poin "b" di atas, banyak pemenang lomba yang hanya mengincar hadiah uang dan publikasi semata, dan akhirnya produknya disimpan rapi di etalase. Tidak bergerak sama sekali. Ini fakta yang dipahami oleh banyak orang di dunia lomba.
Di situ mungkin kemampuan juri perlu ditingkatkan, tidak hanya sekedar mengerti IT, yang mudah "woow" dengan adanya teknologi terbaru, tidak hanya sekedar perwakilan dari Microsoft atau perusahaan besar lainnya. Tetapi lebih jauh dari itu, harusnya dapat menilai sejauh mana manfaat kreatifitas yang dinilai itu bisa menjadi nyata di masyarakat.
Ah, tapi juri juga manusia.